Cari Artikel Dengan Mesin Pencari

Informasi Tengah

Rabu, 20 April 2011

Asia Tenggara dalam Masa Pembentukan Negara-Negara Baru Review atas essay “Southeast Asian Nations in a New World Order”

Oleh: Subandi Rianto, Ilmu Sejarah 2009

Sebuah Pengantar.
Awal September 1939, ketika Eropa bergoncang karena perang dunia II. Asia, seperti halnya Eropa dengan cepat berubah menjadi zona pertempuran yang sama. Saat Jepang bergabung dalam poros fasis Jerman-Italia. Sebelumnya, Jepang berhasil mengalahkan Rusia dalam berbagai pertempuran di laut sebelah utara dalam masalah “Politik Air Hangat”. Mereka kemudian mengobrak-abrik kawasan Asia. Setelah menyerang Manchuria-China dalam pertempuran berdarah. Jepang kemudian melirik wilayah Asia Tenggara. Selain dinilai penuh dengan sumber daya alam. Asia Tenggara dinilai sebagai batu loncatan dalam menghambat pasukan Amerika dari Hawai. Jepang akhirnya masuk ke Indonesia dengan mula-mula menyerbu Tarakan-Kalimantan Timur.



Setelah Tarakan jatuh, Jepang kemudian berturut-turut mencaplok Singapura, Indo-Cina dan kemudian lompat ke Palembang (Sumatera). Setelahnya, Jawa akhirnya ikut jatuh juga. Selama hampir 3,5 tahun dalam pendudukan Jepang. Indonesia akhirnya terseret juga dalam perang suci yang oleh Jepang disebut “Perang Asia Timur Raya”. Perang Dunia II berakhit tatkala Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh pasukan Amerika. Jepang akhirnya menyerah dalam pertempuran front Asia. Dengan sebelumnya Jerman dan Italia menyerah terlebih dahulu.
Pasca menyerahnya Jepang pada pasukan sekutu. Hampir semua jajahan Jepang di Asia Tenggara mengalami kekosongan kekuasaan (status quo). Asia Tenggara akhirnya bergejolak dalam polemik-polemik kawasan. Negara Kepulauan Indonesia dengan berani mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka –disaat ratusan pasukan NICA sedang menuju Indonesia untuk menjajah kembali-. Sementara Indo-Cina mengalami gejala kebangkitan komunis. Ditandai dengan semakin merahnya Cina dan menyusul Vietnam. Indonesia nantinya menyusul merah juga dalam ideologinya. Sekutu (sebagai pemenang Perang Dunia II) mewaspadai semakin merahnya Asia Tenggara dengan membentuk SEATO (Southeast Asia Treaty Organization) Organisai Pakta Pertahanan Kawasan Asia Tenggara.
Jauh setelah pasca kemerdekaan, Indonesia berubah menjadi negara besar berkharisma dibawah kepemimpinan Soekarno. Selain mempelopori adanya Konferensi Colombo, Dasasila Bandung dan lahirnya gerakan non-blok. Indonesia juga menjadi garda terdepan dalam mempromosikan kemerdekaan bagi negara-negara terjajah. Menjadi negara paling kritis dalam kawasan Asia Tenggara pada masanya. Konsesi perubahan Asia Tenggara dalam mewujudkan kawasan yang terpadu akhirnya mulai terbentuk oleh prakarsa 5 menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara untuk membentuk ASEAN (Association Southeast Asia Nations).
Analisis
Essai ini membahas mengenai pola-pola perubahan kawasan Asia Tenggara dari masa kolonial hingga post-kolonial. Dimana pengantar essai membahas mengenai kondisi Asia Tenggara yang terlibat dalam perang dunia II akibat ekspansi Jepang. Serta beberapa transisi kekuasaan di beberapa negara-negara Asia Tenggara seperti Indo-Cina yang berubah menjadi komunis. Indonesia di bawah “diktator-fasis” Soekarno. Serta krisis kawasan disekitar perubahan menuju Asia Tenggara Modern, seperti perang Vietnam, pembentukan SEATO serta berdirinya ASEAN. Secara khusus essai membahas kondisi 10 negara dalam rentang masa di atas. Ada Vietnam, Kamboja, Laos, Kerajaan Thailand, Burma (Myanmar), Malaysia, Singapura, Brunai, Republik Indonesia dan Republik Filiphina.
Vietnam: dalam sub-bab ini, penulis menggambarkan proses pendudukan Jepang di Vietnam, terjadinya gejolak ideologi komunis versus liberalis. Dimana komunis Vietnam merupakan “imbas” dari peristiwa politik di Cina. Cina saat itu mengalami perpecahan kubu nasionalis (Chiang Kai Shek) dan Komunis (Mao Tse Tung). Saat Mao Tse Tung melakukan hijrah mengelili negara China untuk mencari dukungan rakyat. Chiang Kai Shek terdesak dan melarikan diri ke Kepulauan Taiwan. Ia kemudian mendirikan pemerintahan nasionalis disana. Sementara kemenangan Komunis-Mao Tse Tung di Cina kemudian mempengaruhi gerak politik di Vietnam. Komunis akhirnya bertemu dengan liberalis (yang dibawa Amerika) di Vietnam, sehingga memicu adanya perang Vietnam. Vietnam terbelah menjadi dua, Vietnam Utara yang komunis dan Vietnam Selatan yang Liberalis. Peperangan tersebut membawa kemenangan bagi kubu komunis dan memunculkan bapak negara komunis Vietnam yaitu Ho Chi Minh.
Kamboja dan Laos: Dua negara bekas jajahan Prancis. Dimana ketika Jepang menyerbu Indo-Cina, Kamboja diperintah oleh kerajaan dengan raja Norodom Sihanouk. Kamboja terseret dalam polemik pemerintahan komunis Pol-Pot yang terkenal kejam dalam memperlakukan rakyatnya. Ia menyiksa ratusan orang untuk mengikuti kemauan diktatornya, membunuhnya dan menyimpan kerangkanya dalam sebuah museum.
Kerajaan Thailand: Negara dengan sebutana gajah putih ini dalam cerita sejarah merupakan negara di kawasan Asia Tenggara yang belum pernah dijajah. Karena saat penjajahan masuk ke Asia Tenggara. Thailand dijadikan sebagai batas penjajahan antara Prancis, Belanda dan Inggris. Prancis menguasai Laos dan Kamboja. Inggris menguasai Malaysia dan Singapura. Sementara Belanda menguasai Indonesia (Hindia Belanda). Thailand mewarisi sistem pemerintahan perlementer yang lemah dalam politik. Dalam kurun waktu modern 2000-2009 sejak kudeta militer yang menumbangnya Perdana Menteri Thaksin Sinawatra. Thailand telah mengalami pergantian perdana menteri sebanyak sembilan kali. Sementara, selain adanya kepala pemerintahan perdana menteri. Thailand juga mempunyai raja sebagai simbol negara yaitu raja Bumibol Adulyadey.

Burma (Myanmar): Negara dengan pahlawan terkenal Aung San. Dimana putrinya sekarang, Aung San Suu Kyi merupakan pejuang demokrasi Myanmar. Burma berubah menjadi nama Myanmar setelah militer dibawah pimpinan Jenderal Than Swe mengkudeta pemilu dan menguasai pemerintahan. Pemilu saat itu dimenangkan oleh Party Democratic League, partai yang didirikan Aung San Suu Kyi. Secara sepihak, militer membekukan partai tersebut dan menahan Aung San Suu Kyi dalam tahanan rumah. Hingga kini, Myanmar menjadi negara paling otoriter di Asia Tenggara. Ketiadaan demokrasi di sana membuat komunitas ASEAN berada dalam dilema. Di satu sisi, ASEAN berkomitmen dalam penegakan demokrasi, sementara di dalam negeri Myanmar. Demokrasi sangat susah diterapkan. Selain posisi eksekutif yang dikuasai, peran parlementer juga dikuasai militer. Hampir 70% parlemen dikuasai pihak pro militer.
Malaysia, Singapura dan Brunai: Kolonialisasi Barat atas Semenanjung Malaya dimulai dengan pendudukan Inggris atas Malaysia. Inggris berusaha mencari keuntungan atas perseturuan Portugis, Belanda dan Prancis di Kawasan Asia Tenggara. Setelah sebelumnya sempat menduduki Indonesia (Hindia Belanda). Inggris akhirnya menancapkan kukunya di Singapura dan Malaysia. Selama menduduki kedua daerah tersebut, Inggris berusaha membuat sebuah negara persemakmuran dibawah naungan ratu Inggris. Pembentukan negara Malaysia ditentang habis-habisan oleh Soekarno saat itu. Federasi Malaysia semakin luas tatkala Inggris memasukkan Sabah dan Sarawak menjadi bagian dari Malaysia. Sebagai bentuk protes atas berdirinya Federasi Malaysia dan terpilihnya Malaysia dalam Dewan Keamanan PBB, Indonesia menyatakan keluar dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Inggris, secara tidak langsung mempelopori berdirinya negara Malaysia dan Singapura.
Indonesia dan Filiphina: Pasca deklarasi kemerdekaan yang didengungkan oleh Soekarno, Indonesia menjadi negara secara de facto berada sejajar dengan negara-negara lain. Walaupun Belanda (NICA) berniat kembali ke Indonesia. Segala perlawanan semesta dikerahkan untuk menghadapi NICA. Secara lugas, dapat dikatakan bahwa penjajahan Belanda (VOC) atas Nusantara membuat sebuah kawasan baru yang dinamakan Hindia Belanda atau lebih dikenal Indonesia. Sementara untuk Filiphina, konsensus terbentuknya negara Filiphina didengungkan oleh Spanyol yang kemudian diteruskan oleh Amerika pada saat Douglas McArthur “menyelamatkan” Filiphina dari penjajahan Jepang.
Transformasi Perubahan Asia Tenggara:
1. Asia Tenggara yang sebelumnya berbentuk konsep mandala (pada saat dikuasai kerajaan-kerajaan lokal) berubah menjadi konsep imperium dan emporium (jaringan perdagangan dan imperium perdagangan) yang tersebar sepanjang Semenanjung Malaya hingga Sulawesi.
2. Asia Tenggara “bereaksi” dan bertransformasi atas kedatangan bangsa-bangsa barat dan Timur Asing yang menganeksasi wilayah kepulauan Asia Tenggara. Reaksi dan transformasi menjadikan Asia Tenggara mengalami zaman baru dengan pembentukan negara-negara yang terkotak-kotak dalam batas geografis dan ideologis.


Author:
Subandi Rianto, Student of History Department, Airlangga University.
NIM. 120914028. www.subandi-rianto.blogspot.com

Tidak ada komentar: