Cari Artikel Dengan Mesin Pencari

Informasi Tengah

Senin, 18 Januari 2010

Hari Guru dan Kondisi Pendidikan Kita

Beberapa hari yang lalu, tanggal 25 November 2009 merupakan hari yang bersejarah bagi para pendidik negeri ini. Karena pada hari itu, merupakan hari Guru nasional. Sebuah hari yang istimewa untuk merefleksikan kembali peran guru dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Walaupun pemerintah pusat sudah menaikkan anggaran pendidikan hingga 20% pada APBN tahun 2009 dan yang akan datang. Hal tersebut tidak bisa menjadi jaminan kuat akan semakin baiknya pendidikan kita.



Menteri Pendidikan Nasional yang baru, Muhammad Nuh, walaupun berkomitmen untuk memperbaiki infrastruktur sekolah-sekolah. Guna menunjang pendidikan, namun dirasa hal tersebut belum mengena apabila kesejahteraan guru belum termasuk dalam program 100 hari menteri baru tersebut.
Sejatinya, guru sebagai pegawai negeri sekaligus pendidik generasi emas bangsa, harus mendapat tempat di hati para petinggi negara ini, tapi justru sebaliknya. Untuk proses kenaikan anggaran pendidikan yang 20% saja masih diributkan apakah sudah termasuk dalam dana kesejahteraan para guru. Kalau negara menganggap dana APBN sebesar Rp.200 Triliun itu hanya digunakan sebagai dana pembangunan kualitas pendidikan. Sementara, untuk kesejahteraan guru akan mencari pos lain.
Alhasil, guru yang notabene manusia biasa, yang juga membutuhkan tunjangan kesejahteraan pasti akan menuntut “jatah” mereka selaku pendidik bangsa. Logikanya, mereka akan meminta balas jasa bagi negara akan ilmu yang telah dicurahkan.
Selain gamangnya pemerintah mengurus kesejahteraan guru, dirasa juga kualitas pendidikan kita semakin jauh dari panggang. Semakin banyaknya aksi video porno yang didalangi oleh siswa-siswa sekolah menengah, hingga kasus soal cabul semakin membuat miris dunia pendidikan Indonesia. Apakah pendidikan kita semakin jauh dari nilai-nilai moral? Belum lagi dengan rencana komersialisasi dunia pendidikan pada tingkat perguruan tinggi semakin membuat kompleks problematika pendidikan kita.
Beberapa hal diatas semakin membuat tanda tanya besar, akan dibawa kemanakah dunia pendidikan kita oleh pemerintahan yang baru?. Program 100 hari Mendiknas Muhammad Nuh yang menyinggung rencana pendidikan diintegrasikan dengan dunia teknologi, juga dikhawatirkan akan memunculkan persoalan baru. Akankah dengan integrasi itu tidak akan memunculkan kelatahan teknologi pada siswa-siswa Indonesia?. Dengan artian mereka akan latah menggunakan teknologi untuk cara-cara yang tidak sepantasnya. Seperti mendownload konten-konten berbau porno, searching cerita-cerita dewasa hingga lebih parahnya mengupload video porno karya mereka sendiri.
Secara garis besar rencana Mendiknas Muhammad Nuh untuk menintegrasikan teknologi dalam pendidikan, merupakan inovasi yang sangat mutakhir. Dengan demikian dunia pendidikan kita tidak akan tertinggal dalam masalah teknologi. Nah, untuk menghindari kelatahan para siswa Indonesia tadi, akan lebih bijaknya terlebih dulu membicarakan kompetisi para pendidik kita.
Apabila para guru sudah tercukupi kesejahteraannya serta kompetisi yang mencukupi –dengan semua hal tersebut diakomodasi oleh negara- maka pembangunan non-fisik dunia pendidikan kita bisa berjalan sempurna. Daya dukung pendidik yang kompeten pengetahuannya, didasarkan atas seringnya pelatihan upgrading dan terjaganya tunjangan hidup. Hal tersebut akan cukup untuk membuat siswa-siswa kita melek teknologi dengan moralitasnya.

Tidak ada komentar: