Cari Artikel Dengan Mesin Pencari

Informasi Tengah

Jumat, 03 Februari 2012

Anyer-Panarukan: Dekapan Kolonial dalam Ekonomi dan Budaya Pantai Utara Jawa

Saat Daendels memerintahkan pembangunan jalan melewati punggung bukit di daerah Sumedang-Jawa Barat. Bupati Sumedang, Kusumahdinata (Pangeran Kornell) melawan perintah itu dan mengakibatkan Daendels marah besar. Saat inspeksi mendadak ke Sumedang. Ternyata Bupati



Kusumahdinata telah menyiapkan sambutan yang mengagetkan bagi Dandels. Sambutan tersebut adalah dengan menyalaminya menggunakan tangan kiri, sementara di tangan kanannya memgang hulu keris. Simbolisme tersebut mencerminkan perlawanan terhadap penguasaan colonial. Walaupun maksud utama Kusumahdinata adalah meminta keringanan atas beratnya medan Sumedang. Dimana medan bukit yang curam dan terjal tidak mungkin didaki manusia biasa. Maka, permintaan Kusumahdinata dituruti oleh Daendels dengan mengirim pasukan khusus (pasukan zeni) yang bertugas meratakan jalan di atas bukit. Jalan itulah yang menjadi penanda pembangunan jalan raya pos menuju jawa tengah, terus hingga Semarang hingga berakhir di Panarukan Jawa Timur. Keberanian Kusumahdinata dalam membangkang akhirnya diagungkan masyarakat Sunda dengan membuatkan patungnya di jalan Cadas Pangeran.
Asal mula pembangunan jalan raya pos adalah mempercepat mobilisasi militer Dandels. Mobilisasi mutlak diperlukan dalam upaya mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Saat itu, militer-militer Inggris juga memasang posisi di utara Semenanjung Malaysia. Tak ada pilihan lain bagi Daendels, wakil Napoleon di Hindia Belanda untuk membuat jalan raya pos. selain bertujuan memobilisasi militer, jalan raya tersebut berfungsi untuk memperlancar antara komunikasi pusat dengan daerah (kabupaten-kabupaten). Awalnya hanya kendaraan-kendaraan khusus yang diperbolehkan melewati jalan tersebut seperti kereta kerajaan, angkutan khusus hingga kendaraan militer. Tapi, menjelang semakin berkembangnya ekonomi di sepanjang jalan pos. Pemerintah kolonial memutuskan membuka untuk umum. Kereta-kereta dan gerobak-gerobak milik pribumi juga diperbolehkan menggunakan. Keterbukaan itu diperlukan menjelang semakin lancarnya komunikasi dan optimisme kenaikan pertumbuhan ekonomi di Jawa.

src="http://cariuangfacebook.com/image/banner.gif" alt="kotak
bawah" width="125" height="125" border="0"/>

Tidak ada komentar: